Tuberkulosis kulit atau yang sering disebut sebagai skrofuloderma adalah bentuk tuberkulosis (TBC) yang mempengaruhi kulit. TBC adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat mempengaruhi bagian tubuh lainnya, termasuk kulit. TBC kulit adalah kondisi langka, namun tetap harus diwaspadai, terutama di daerah dengan prevalensi TBC yang tinggi.
Penyebab Tuberkulosis Kulit
Penyakit TBC kulit disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar melalui aliran darah atau limfatik dari infeksi primer, seperti TBC paru-paru, ke kulit. Infeksi ini dapat juga terjadi secara langsung melalui kontak dengan luka terbuka yang terkontaminasi atau dari jaringan tubuh yang terinfeksi. Dalam beberapa kasus, infeksi ini bisa muncul tanpa adanya infeksi TBC di bagian tubuh lain.
TBC kulit dapat berkembang dengan berbagai cara:
- Penyebaran Hematogen: Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang ada di dalam tubuh dapat menyebar melalui aliran darah dan mencapai kulit, biasanya melalui aliran darah dari paru-paru atau kelenjar getah bening.
- Penyebaran Limfogen: Dalam beberapa kasus, TBC dapat menyebar ke kulit melalui kelenjar getah bening yang terinfeksi, kemudian menjalar ke jaringan kulit di sekitarnya.
- Kontak Langsung dengan Infeksi: Pada kasus yang jarang, TBC kulit dapat berkembang dari luka atau goresan di kulit yang terinfeksi oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, meskipun ini lebih sering terjadi pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Gejala Tuberkulosis Kulit
Gejala TBC kulit bervariasi, tergantung pada jenis dan lokasi infeksi. Namun, gejala umum yang sering muncul meliputi:
- Benjolan atau Nodul di Kulit
Salah satu gejala awal TBC kulit adalah munculnya benjolan keras atau nodul yang dapat berkembang menjadi abses. Benjolan ini biasanya muncul di daerah yang memiliki aliran darah yang baik, seperti wajah, leher, atau tubuh bagian atas. - Luka atau Ulkus pada Kulit
Benjolan atau nodul yang tumbuh bisa pecah dan membentuk luka terbuka atau ulkus yang tampak berkerak dan bisa mengeluarkan cairan. Luka ini biasanya tidak sembuh dengan sendirinya dan bisa membesar seiring waktu. - Perubahan Warna pada Kulit
Kulit di sekitar area yang terinfeksi bisa berubah warna, menjadi merah atau bahkan kebiruan, akibat peradangan yang terjadi di bawah kulit. - Pembengkakan Kelenjar Getah Bening
Pada beberapa kasus, TBC kulit dapat menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening di sekitar area infeksi. Kelenjar ini bisa terasa nyeri atau keras saat disentuh. - Nyeri dan Rasa Tidak Nyaman
Infeksi pada kulit dapat menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan, terutama saat abses pecah dan mengeluarkan cairan. - Gejala Sistemik
Pada beberapa kasus yang lebih parah, TBC kulit juga dapat menyebabkan gejala sistemik seperti demam, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, dan kelelahan.
Jenis Tuberkulosis Kulit
TBC kulit dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, tergantung pada jenis lesi dan lokasi infeksi, di antaranya:
- Skrofuloderma
Merupakan bentuk TBC kulit yang paling umum. Skrofuloderma terjadi ketika infeksi TBC menyebar ke kulit dari kelenjar getah bening yang terinfeksi, menyebabkan benjolan atau abses pada kulit, yang bisa pecah dan membentuk luka terbuka. - Lupus Vulgaris
Ini adalah bentuk lain dari TBC kulit yang lebih jarang, yang menyebabkan luka kulit yang kronis dengan tepi yang terangkat dan berwarna merah kecoklatan. Lupus vulgaris sering terjadi pada wajah, leher, dan telinga. - Tuberkulosis Papulosa
Ini adalah bentuk yang lebih jarang, di mana TBC kulit muncul sebagai papula (benjolan kecil) yang bisa muncul di wajah atau tubuh bagian atas. - Miliary Tuberculosis
Miliar tuberkulosis adalah bentuk TBC kulit yang lebih jarang dan lebih serius, yang melibatkan penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis melalui aliran darah, yang mengarah pada pembentukan banyak lesi kecil di kulit.
Diagnosis Tuberkulosis Kulit
Diagnosis TBC kulit dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan pencitraan untuk memastikan keberadaan infeksi Mycobacterium tuberculosis. Beberapa metode yang umum digunakan untuk mendiagnosis TBC kulit adalah:
- Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik
Dokter akan mulai dengan menanyakan riwayat kesehatan pasien, termasuk apakah ada paparan dengan orang yang terinfeksi TBC dan apakah pasien memiliki gejala TBC lain, seperti batuk atau penurunan berat badan. Pemeriksaan fisik akan membantu dokter mengevaluasi luka atau nodul di kulit yang mencurigakan. - Tes Tuberkulin (Mantoux Test)
Tes tuberkulin, yang juga dikenal sebagai tes Mantoux, adalah tes kulit untuk mendeteksi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Tes ini dilakukan dengan menyuntikkan sedikit bahan tuberkulin ke bawah kulit untuk melihat apakah ada reaksi yang menunjukkan infeksi TBC. - Biopsi Kulit
Untuk mengonfirmasi diagnosis TBC kulit, dokter mungkin akan mengambil sampel jaringan kulit yang terinfeksi untuk dianalisis di laboratorium. Biopsi ini akan membantu mengidentifikasi apakah ada bakteri Mycobacterium tuberculosis di dalam lesi kulit. - Kultur Bakteri dan PCR
Sampel dari luka atau abses kulit yang pecah dapat dikultur untuk menumbuhkan bakteri dan mengidentifikasi jenis bakteri yang menyebabkan infeksi. Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) juga dapat digunakan untuk mendeteksi DNA bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam sampel kulit. - Pencitraan Rontgen
Jika TBC kulit diduga terkait dengan infeksi di bagian tubuh lain, seperti paru-paru, rontgen dada dapat dilakukan untuk melihat apakah ada tanda-tanda infeksi TBC di paru-paru.
Pengobatan Tuberkulosis Kulit
Pengobatan TBC kulit umumnya melibatkan terapi antituberkulosis yang sama dengan pengobatan untuk TBC paru-paru. Pengobatan utama adalah penggunaan antibiotik antituberkulosis yang harus dikonsumsi selama beberapa bulan untuk membunuh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
- Antibiotik Antituberkulosis
- Obat utama yang digunakan untuk mengobati TBC kulit adalah kombinasi dari beberapa antibiotik, seperti rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol.
- Terapi ini biasanya berlangsung selama 6-12 bulan, tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan respons tubuh terhadap obat-obatan.
- Perawatan Topikal
Untuk mengobati lesi kulit, dokter mungkin juga akan meresepkan salep atau krim topikal yang mengandung antibiotik untuk membantu mengurangi infeksi kulit lokal. Namun, pengobatan sistemik dengan antibiotik adalah pengobatan utama. - Pembedahan
Pada beberapa kasus, jika terdapat abses yang besar atau luka kulit yang tidak sembuh dengan pengobatan, tindakan bedah mungkin diperlukan untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi. - Pengobatan untuk Komplikasi
Jika TBC kulit menyebabkan pembengkakan atau infeksi pada kelenjar getah bening, pengobatan lebih lanjut untuk mengatasi peradangan atau infeksi sekunder juga mungkin diperlukan. - Perawatan Jangka Panjang
Pemantauan jangka panjang diperlukan untuk memastikan bahwa infeksi telah sembuh sepenuhnya dan untuk menghindari kekambuhan. Pasien harus menjalani pemeriksaan lanjutan untuk memastikan bahwa bakteri TBC telah benar-benar hilang dari tubuh.
Pencegahan Tuberkulosis Kulit
Pencegahan TBC kulit pada dasarnya berfokus pada pencegahan infeksi TBC secara umum. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
- Vaksinasi BCG
Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin) adalah vaksin yang dapat mencegah TBC, terutama pada anak-anak. Meskipun vaksin ini tidak sepenuhnya mencegah TBC pada orang dewasa, ia dapat mengurangi risiko infeksi yang parah. - Menghindari Kontak dengan Penderita TBC
Untuk mencegah infeksi, hindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi TBC aktif, terutama yang memiliki batuk berdarah atau gejala TBC lain. - Mengikuti Pengobatan TBC Secara Tuntas
Bagi